Wiwit Manfaati (54) tak pernah menyangka bisa menyekolahkan dua anaknya hingga sarjana hingga pergi haji dari hasil jerih bisnis kerajinan eceng gondok yang dirintisnya. Apalagi ketika keduanya mimpi besar itu tercapai, masih tersisa rupiah di rekeningnya.
Berawal dari ‘bersih-bersih’ limbah eceng gondok di sungai dekat rumahnya, Wiwit kini bisa disebut sebagai pengusaha sukses. Keahliannya mengubah limbah menjadi kerajinan tangan dengan nilai jual tinggi memutar roda hidupnya.
Iya saya dulu miskin, atap rumah kami hampir roboh waktu itu, suami kena PHK, kena tipu hingga raib uang berjuta-juta, sekarang Alhamdulilah punya simpanan dan untuk hari tua, – WIWIT MANFAATI
Langkah Wiwit bersama suaminya, Supardi (54) berawal dari 2008 silam. Sang suami terkena PHK besar-besaran dari sebuah perusahaan, Wiwit yang menjadi Ibu Rumah Tangga saat itu sempat bekerja di sebuah kantor percetakan untuk menambah penghasilan keluarga.

Modal Rp20 Ribu, Untung Rp1,5 Miliar
Selepas sang suami terkena PHK, keuangan keluarga mulai limbung. Bermodal kepercayaan pada teman, Wiwit dan suami membuka usaha kecil-kecilan dengan seorang kerabat. Namun untung tak kunjung datang, justru panggilan penagih utang datang silih berganti.
“Kami kena tipu saat itu, tiap hari ada penagih utang padahal kami tidak berutang kepada siapa pun,” kata Wiwit.
Tak hilang akal, Wiwit mencoba mencari pundi rupiah. Berbekal kemampuan menganyam seadanya, perempuan berjilbab ini kemudian memberanikan diri menjual kerajinan tangan dari eceng gondok.
“Waktu itu 2008 harga eceng gondok cuman Rp1.500 per kilogram. Saya lihat eceng gondok itu dikirim ke pabrik untuk dibuat kerajinan, saya pikir saya juga bisa mengubahnya jadi kerajinan tangan,” kenang Wiwit.
Berbekal uang Rp20 ribu, Wiwit kemudian membeli eceng gondok untuk dianyam menjadi berbagai bentuk. Mulanya dia membuat taplak meja, wadah, hingga vas bunga.
“Saya kasih lihat tetangga dan katanya bagus, dari situ saya mulai semangat dan coba jual lebih banyak ke sekitar,” ujarnya.
Perlahan tapi pasti, bisnis kerajinan tangan Wiwit berkembang. Mulai dari 1-5 permintaan kerajinan eceng gondok per hari, kini Wiwit bisa menyelesaikan hingga 4.000 kerajinan tangan eceng gondok sesuai pesanan.
Pegawainya pun tak seorang-dua orang. Dia pernah punya 100 pegawai saat menerima pesanan 4.000 kerajinan eceng gondok dalam satu waktu. Pesanan tersebut merupakan permintaan dari luar negeri, mulai Tiongkok hingga negara Eropa.
Orderan yang pernah dibuat Wiwit juga tak hanya sebatas taplak meja dan keranjang buah, ada tas anyaman eceng gondok, topi, hingga kursi-meja, bahkan lemari.
Omzet Wiwit pernah mencapai Rp1,5 miliar dalam setahun. Kerajinan eceng gondoknya mulai digemari orang-orang dari berbagai belahan dunia.
“Itu tahun 2016-2017 omzet sampai Rp1,5 miliar karena kami mulai ekspor ke luar negeri,” ungkap Wiwit.
Dia juga bercerita, Menteri Sosial Tri Rismaharini pernah meminta lusinan nampan, taplak meja, kotak tisu, hingga keranjang anyaman eceng gondoknya saat masih menjabat sebagai Wali Kota Surabaya pada 2010 lalu.
Baca artikel CNN Indonesia selengkapnya di sini: https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20210821203847-92-683497/ketika-bisnis-eceng-gondok-rp15-m-tersapu-pandemi
This is a useful post for finding broken links within the website, what about links pointing outwards that are broken? I can use a free web service but wondered if this was possible.
Great tool! I am using a redirect plugin to send all my 404’s to my home page but I think it’s slacking sometimes.